Definisi Individu
Individu berasal dari kata latin, “individuum” yang artinya tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang dapat untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan, demikian pendapat Dr.A.Lysen.
Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri. Individu sebagai mahkluk ciptaan Tuhan di dalam dirinya selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi, raga, rasa, rasio, dan rukun.
1. Raga, merupakan bentuk jasad manusia yang khas yang dapat membedakan antara individu yang satu dengan yang lain, sekalipun dengan hakikat yang sama
2. Rasa, merupakan perasaan manusia yang dapat menangkap objek gerakan dari benda-benda isi alam semesta atau perasaan yang menyangkut dengan keindahan
3. Rasio atau akal pikiran, merupakan kelengkapan manusia untuk mengembangkan diri, mengatasi segala sesuatu yang diperlukan dalam diri tiap manusia dan merupakan alat untuk mencerna apa yang diterima oleh panca indera.
4. Rukun atau pergaulan hidup, merupakan bentuk sosialisasi dengan manusia dan hidup berdampingan satu sama lain secara harmonis, damai dan saling melengkapi. Rukun inilah yang dapat membantu manusia untuk membentuk suatu kelompok social yang sering disebut masyarakat
Dalam pandangan psikologi sosial, manusia itu disebut
individu bila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi
mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang
manusia yang
tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khsa didalam
lingkungan sosialnya, meliankan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah
laku spesifik dirinya. Didalam suatu kerumunan massa manusia cenderung
menyingkirkan individualitasnya, karena tingkah laku yang ditampilkannya hamper
identik dengan tingkah laku masa.
Dalam perkembangannya setiap individu mengalami dan
dibebankan berbagai peranan, yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup dengan
sesame manusia. Seringakli pula terdapat konflik dalam diri individu, karena
tingkah laku yang khas dirinya bertentangan dengan peranan yang dituntut
masyarakatnya. Namun setiap warga masyarakat yang namanya individu wajar untuk
menyesuaikan tingkah lakunya sebagai bagian dari perilaku sosial masyarakatnya.
Keberhasilan dalam menyesuaikan diri atau memerankan diri sebagai individu dan
sebagai warga bagian masyarakatnya memberikan konotasi “maang” dalam arti
sosial. Artinya individu tersebut telah dapat menemukan kepribadiannya aatau
dengan kata lain proses aktualisasi dirinya sebagai bagian dari lingkungannya
telah terbentuk.- 1. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan Individu
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (centimeter, meter), dan ukuran tulang.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner(1957) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian- bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan yang menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa, sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran, baik volume, bobot, dan jumlah sel yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali ke asal). Sedangkan, perkembangan adalah perubahan atau diferensiasi sel menuju keadaan yang lebih dewasa.
Tumbuh kembang merupakan proses kontinu sejak dari konsepsi sampai maturasi atau dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Anak merupakan individu yang unik, karena faktor bawaan dan lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan pencapaian kemampuan perkembangan juga berbeda.
- 2. Pertumbuhan dan Perkembangan Individu menurut Islam
“Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (Q.S.Al-Mu’minuun : 12-14)
Antara tumbuh dan berkembang berjalan beriringan dan saling menunjang. Diungkapkan dalam hadist nabi Muhammad SAW sebagai berikut :
“Bahwasanya seseorang dari padamu di himpun kejadiannya dalam perut ibunya selama 40 hari, kemudian menjadi sekumpul darah ( alaqah ) selama itu pula, kemudian menjadi segumpal daging (mudgah) selama itu pula Allah mengutuskan malaikat-malaikat-Nya yang diperintahkan untuk mencatat amalnya, rizkinya, ajalnya dan celaka, kemudian ditiupkan kedalam dirinya roh (H.R. Bukhary).
Dari hadits di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan merupakan proses yang berkesinambungan,mulai dari keadaan sederhana sampai keadaan yang kompleks. Keseimbangan pertumbuhan ini dapat kita renungkan, bagaimana bayi yang lemah tergantung berkecukupan secara berangsur-angsur dapat menjadi orang yang kuat, hal ini disebabkan oleh manusia tumbuh melalui urutan-urutan yang teratur dalam organisanya. Sebagai contoh bayi yang dalam keadaan lemah, hanya dapat berbaring dan bergerak-gerak, lama-kelamaan dapat memiringkan badan, menelungkup dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tentu saja perlu dibantu dengan kegiatan latihan atau belajar.
- 3. Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan Individu
- Melibatkan perubahan
- Interdependensi
- Terjadi pada tempo yang berlainan
- Mengikuti pola/arah tertentu
- 4. Karakterisitik Pertumbuhan dan Perkembangan Individu
- Terjadinya perubahan
- Terjadinya perubahan dalam proporsi.
- Lenyapnya tanda-tanda yang lama.
- Diperolehnya tanda-tanda baru.
- Terjadi secara continue
- Terdapat masa percepatan dan perlambatan
- B. HUKUM-HUKUM PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN INDIVIDU
- 1. Hukum Chepalocoudal
- 2. Hukum Proximodistal
- 3. Perkembangan terjadi dari umum ke khusus
- 4. Perkembangan berlangsung sesuai dengan tahap perkembangan
- Masa pra-lahir
- Masa bayi (0-2 tahun)
- Masa kanak-kanak (3-5 tahun)
- Masa sekolah (6-12 tahun)
- Masa remaja (13-24 tahun)
- Masa awal remaja (13-15 tahun)
- Masa remaja (16-20 tahun)
- Masa akhir remaja (21-24)
- Masa dewasa (25-60 tahun)
- Masa awal dewasa (25-30 tahun)
- Masa dewasa (31-45)
- Masa akhir dewasa (46-60 tahun)
- Masa tua (61 tahun ke atas)
- Masa lansia (71 tahun ke atas)
- 5. Hukum tempo dan irama perkembangan
- C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN INDIVIDU
- 1. Faktor Internal
- Keturunan
Warisan atau turunan yang dibawa anak sejak lahir dari kandungan sebagian besar berasal dari kedua orang tuanya dan selebihnya berasal dari nenek dan moyangnya dari kedua belah pihak (ibu dan ayahnya). Hal ini sesuai dengan hukum Mendel yang dicetuskan Gregor Mendel (1857).
Karakteristik yang diturunkan mempunyai pengaruh besar pada perkembangan jenis kelamin anak, yang ditentukan oleh seleksi acak pada waktu konsepsi, mengarahkan pola pertumbuhan dan perilaku orang lain terhadap anak. Jenis kelamin dan determinan keturunan lain secara kuat mempengaruhi hasil akhir pertumbuhan dan laju perkembangan untuk mendapatkan hasil akhir tersebut. Kebanyakan karakteristik fisik, termasuk pola dan bentuk gambaran, bangun tubuh dan keganjilan fisik diturunkan dan dapat mempengaruhi cara pertumbuhan dan integrasi anak dengan lingkungan.
- Hormon
- Faktor Eksternal
- Nutrisi
- Hubungan interpersonal
- Tingkat Sosioekonomi
- Penyakit
- Pengaruh media massa
- D. ALUR dan TUGAS PERKEMBANGAN INDIVIDU
Antara fase/ alur perkembangan individu tidak dapat dipisahkan dari tugas perkembangan individu. Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu, dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan. Adapun yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas perkembangan tersebut menurut Havighurst adalah: Kematangan pisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai dan aspirasi individu.
Robert J. Havighurst (1961) mengartikan tugas-tugas perkembangan itu merupakan suatu hal yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu yang apabila berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan ke tugas perkembangan selanjutnya tapi jika gagal akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada individu yang bersangkutan dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas berikutnya.
Hurlock (1981) menyebut tugas-tugas perkembangan ini sebagai social expectations yang artinya setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui oleh berbagai usia sepanjang rentang kehidupan.
- 1. Prenatal (Pralahir)
- 2. Masa Bayi (infacy)
- Masa Awal Anak – anak (early chidhood)
Tugas perkembangan yang harus dicapai pada masa bayi dan kanak – kanak awal adalah :
1) Belajar berjalan pada usia 9.0 – 15.0 bulan
2) Belajar memakan makan padat
3) Belajar berbicara
4) Belajar buang air kecil dan buang air besar
5) Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin
6) Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis
7) Membentuk konsep-konsep sederhana kenyataan sosial dan alam
8) Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara, dan orang lain
9) Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk dan pengembangan kata hati
- 4. Masa Pertengahan dan Akhir Anak – anak (middle and late childhood)
- 5. Masa Praremaja
Tugas perkembangan yang harus dicapai pada masa kanak – kanak akhir dan anak sekolah (0,0–6.0) adalah :
- Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan
- Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis
- Belajar bergaul dengan teman sebaya
- Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya
- Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung
- Belajar mengembangkan konsep-konsep sehari-hari
- Mengembangkan kata hati
- Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi
- Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial
- 6. Masa Remaja (adolescence)
- 7. Masa Awal Dewasa (early adulthood)
8. Masa Pertengahan Dewasa (middle adulthood)
Pada masa pertengahan dewasa ini merupakan periode perkembangan yang bermula pada usia kira kira 35 hingga 45 tahun dan merentang hingga usia enampuluhan tahun. Masa ini adalah masa serseorang untuk memperluas keterlibatan dan tanggung jawab pribadi dan sosial seperti membantu generasi berikutnya menjadi individu yang berkompeten, dewasa dan mencapai serta mempertahankan kepuasan dalam berkarir
9. Masa Akhir Dewasa (late adulthood)
Pada masa akhir dewasa merupakan periode perkembangan yang bermula pada usia enampuluhan atau tujuh puluh tahun dan berakhir pada kematian. Pada masa ini adalah masa penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali kehidupannya, pensiun, dan penyesuaian diri dengan peran peran sosial baru serta masa transisi yaitu masa menyesuaikan kembali sebagai warga negara.
E. ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN INDIVIDU
Secara garis besar ada tiga aspek dalam diri individu yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan, yaitu:
- Aspek fisik
- Aspek kognitif
- Aspek psikososial
Pendapat lain mengenai aspek-aspek perkembangan individu diungkapkan juga oleh Nana Syaodih dalam bukunya, “Landasan Psikologi Proses Pendidikan” adalah : Secara garis besar dapat dibedakan beberapa aspek perkembangan, yaitu: fisik-motorik, intelektual, sosial-komunikasi, dan afektif yang meliputi emosi, sikap, moral dan keagamaan. Perkembangan aspek-aspek tersebut terbagi lagi atas aspek-aspek yang lebih kecil, yang di dalam kenyataannya sering sukar sekali dipisahkan bahkan dibedakan, karena terkait satu dengan yang lainnya, saling pengaruh mempengaruhi, dan berintregrasi. Perkembangan setiap aspek dipengaruhi oleh kondisi internal individu, baik yang bersifat bawaan ataupun perolehan, kematangan serta pengaruh faktor-faktor eksternal”.
Sedangkan menurut Syamsu Yusuf aspek-aspek perkembangan individu terdiri atas :
“Perkembangan fisik, perkembangan motorik, perkembangan bahasa, perkembangan perilaku kognitif, perkembangan perilaku sosial, perkembangan moralitas, perkembangan penghayatan keagamaan, perkembangan perilaku konatif, perkembangan emosional, perkembangan kepribadian, perkembangan karir”. (Syamsu Yusuf, 2005:101).
DEFINISI KELUARGA
Keluarga
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Keluarga (bahasa Sanskerta: "kulawarga"; "ras" dan "warga" yang berarti "anggota")[1] adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.[1]Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.[1]
Daftar isi |
Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.[2]Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.[3]
Jenis
Ada beberapa jenis keluarga, yakni: keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-anak, keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, di mana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua.[4]: Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya.[5]Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.[6]Peranan
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.[6]Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.[6]Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.[6]Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.[6]
Tugas
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:[rujukan?]- Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
- Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
- Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
- Sosialisasi antar anggota keluarga.
- Pengaturan jumlah anggota keluarga.
- Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
- Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
- Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
Fungsi
Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:- Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.[4]
- Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.[4]
- Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.[4]
- Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.[4]
- Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.[4]
- Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.[4]
- Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.[4]
- Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya.[4]
- Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di antara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.[4]
Bentuk keluarga
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas [7].Berdasarkan lokasi
- Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada sepasang suami istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar kediaman kaum kerabat suami ataupun di sekitar kediamanan kaum kerabat istri;
- Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami;
- Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri;
- Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan di sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa tertentu pula (bergantian);
- Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum kerabat suami maupun istri;
- Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari pihak suami;
- Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-masing hidup terpisah, dan masing-masing dari mereka juga tinggal di sekitar pusat kaum kerabatnya sendiri .
Berdasarkan pola otoritas
- Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki tertua, umumnya ayah)
- Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan (perempuan tertua, umumnya ibu)
- Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.
Subsistem sosial
Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem suami-istri, subsistem orang tua-anak, dan subsitem sibling (kakak-adik).[8] Subsistem suami-istri terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan yang hidup bersama dengan tujuan eksplisit dalam membangun keluarga.[8] Pasangan ini menyediakan dukungan mutual satu dengan yang lain dan membangun sebuah ikatan yang melindungi subsistem tersebut dari gangguan yang ditimbulkan oleh kepentingan maupun kebutuhan darti subsistem-subsistem lain.[8] Subsistem orang tua-anak terbentuk sejak kelahiran seorang anak dalam keluarga, subsistem ini meliputi transfer nilai dan pengetahuan dan pengenalan akan tanggungjawab terkait dengan relasi orang tua dan anak.[8]DEFINISI MASYARAKAT
Pengertian masyarakat menurut para ahli seperti Selo
Sumardjan, Karl Marx, Indan Encang, Paul B Horton dan C. Hunt, JL.
Gillin dan J.P
Gillin, M.J. Herskovitz, Hasan Sadily dan sebagainya pada intinya
memiliki beberapa poin penting sebagai
berikut yaitu orang, kebudayaan, hidup bersama, organisasi, keanggotaan,
kumpulan manusia, melakukan kegiatan dalam kelompok, setia dalam sistem.
Masyarakat juga bisa dibilang sebagai banyaknya individu atau
perseorangan yang
terikat dalam suatu ikatan yang di sebut adat atau hukum dan hidup
bersama
menjalaninya. Terus apa hubungannya antara masyarakat dengan Perencanaan
Wilayah dan Kota atau Penataan Ruang yang merupakan inti dari blog ini?
Tentunya dalam perencanaan wilayah dan kota di kenal istilah partisipasi masyarakat, peran serta masyarakat atau pemberdayaan masyarakat serta istilah-istilah lainnya dalam Community Development. Nah, untuk itulah dasar - dasar mengenai apa itu masyarakat perlu di ketahui terlebih dahulu.
Pengertian Masyarakat adalah orang – orang yang saling berinteraksi
dalam suatu ikatan atau sistem di mana mereka berada. Bisa dibilang juga bahwa
pengertian masyarakat adalah suatu jaringan yang menghubungkan antar entitas
yang saling tergantung antara satu individu dengan individu lainnya yang bersifat
teratur.
Definisi masyarakat menurut para ahli yang sebelumnya di sebutkan pada paragraf pertama tadi adalah sebagai berikut :
Selo Sumardjan
Pada intinya, masyarakat itu merupakan kumpulan orang yang hidup bersama - sama yang akhirnya menciptakan kebudayaan.
Koentjaraningrat
Kehidupan manusia yang satu yang secara kontinyu berinteraksi satu sama
lain berdasarkan sistem adat. Mereka memiliki suatu identitas yang sama.
J.L Gillin dan J.P Gillin
Pengertian masyarakat adalah kelompok terbesar manusia yang mempunyai sikap, kebiasaan, perasaan persatuan serta tradisi yang sama satu sama lainnya.
Karl Marx
Dengan adanya pertentangan antar kelompok yang berbeda secara ekonominya
menyebabkan masyarakat menjadi struktur yang menderita suatu ketegangan
organisasi atau perkembangan.
Paul B. Horton dan C. Hunt
Definisi Masyarakat adalah kumpulan manusia yang secara relatif
dapat hidup secara berkelompok dalam jangka waktu yang lama, mereka
relatif mandiri, punya wilayah tersendiri untuk ditinggali, kebudayaan
mereka sama dan selalu beraktivitas dalam kelompok.
Indan Encang
Kelompok manusia yang sudah lama hidup serta bekerja sama, yang
menyebabkan mereka dapat mengorganisir serta berpikir mengenai dirinya
sendiri sebagai 1 kesatuan sosial, tentunya ada batasan tertentu.
M.J Herskovitz
Beberapa orang/individu dalam suatu kelompok yang telah terorganisir
serta mengikuti cara hidup tertentu yang berbeda dengan masyarakat
lainnya.
Hasan Sadily
Arti masyarakat menurut Hasan Sadiliy merupakan badan atau perkumpulan orang yang menjalani hidup bersama.
Itulah pendapat beberapa ahli mengenai pengertian masyarakat,
walaupun kata - kata dari para ahli tersebut tidak benar - benar persis
seperti itu diakibatkan berbagai versi terjemahan, tetapi paling tidak
maksudnya sudah seperti yang tertulis di atas. Dari situ dapat dilihat
beberapa poin penting mengenai masyarakat yang sudah di bahas di
paragraf pertama tadi.
Unsur Masyarakat
Berikutnya perlu di ketahui bahwa terdapat apa yang merupakan faktor atau unsur dari masyarakat, yang menurut Soerjono Soekanto, masyarakat mengandung unsur-unsur seperti berikut ini :
- Paling tidak ada 2 orang individu;
- Mereka menyadari satu kesatuan mereka;
- Jangka waktu dalam berhubungan termasuk lama. Hubungan itu melahirkan manusia yang baru yang tetap selalu berkomunikasi dan membuat berbagai aturan yang berhubungan dengan keterkaitan/hubungan antar masyarakat tersebut.
- Mereka menjadi sebuah sistem, yang hidup secara bersama-sama yang pada akhirnya melahirkan apa yang di sebut kultur / kebudayaan serta saling berhubungan antara sesama masyarakat;